Santri Muda yang Terancam Putus Sekolah Kini Jadi Anak Asuh Kuwu Karangsuwung

KIM
Kuwu Karangsuwung, Arif Nurdiansyah saat dikonfirmasi, Jum'at (13/06/25) (foto: adainfo.id)

adainfo.id – Di tengah deru tantangan hidup, harapan ternyata masih menyala dari ruang-ruang kecil kehidupan. Salah satunya datang dari sebuah desa di Kabupaten Cirebon. Seorang santri muda, NN, yang sempat kehilangan arah setelah lulus dari madrasah karena keterbatasan ekonomi, kini mendapatkan harapan baru setelah diangkat sebagai anak asuh oleh Kuwu Karangsuwung, Arif Nurdiansyah.

Kisah NN tak sekadar kisah klasik tentang kemiskinan. Ia adalah simbol kegigihan dan pengabdian. Di saat remaja seusianya menikmati masa remaja, NN harus bergulat dengan realitas.

Pagi mengajar mengaji anak-anak kecil, siang bekerja serabutan. Semua demi menyambung hidup. Keputusan untuk tak melanjutkan sekolah pun bukan pilihan, melainkan keharusan karena tak ada biaya dan tak ada orang tua yang mendampingi pasca perceraian kedua orang tuanya.

“Ketika saya mendengar langsung kondisi NN, hati saya terenyuh. Di usia yang seharusnya masih menjadi tanggung jawab orang tua, dia justru harus memikul beban hidup sendirian,” ujar Arif Nurdiansyah dengan nada penuh empati, Jumat (13/06/2025).

Langkah Nyata dari Pemimpin Desa

Tanpa banyak pertimbangan, Arif langsung memutuskan mengangkat NN sebagai anak asuh, dan berjanji menanggung seluruh biaya pendidikannya, baik dari anggaran desa maupun dana pribadi.

“Saya tidak ingin ada anak di desa ini yang putus sekolah hanya karena tidak ada yang peduli. Saya angkat NN sebagai anak asuh. Mulai hari ini, pendidikannya menjadi tanggung jawab saya,” tegas Arif.

Langkah cepat pun langsung diambil. Pemdes Karangsuwung segera melakukan koordinasi dengan SMP Negeri 1 Karangsembung, agar NN bisa segera melanjutkan pendidikan formal yang sempat terhenti.

Bagi Arif, pendidikan harus menjadi pondasi utama pembangunan manusia di desa, bahkan meski desa masih dihuni mayoritas keluarga prasejahtera.

Program Anak Asuh: Aspirasi yang Menjadi Aksi

Keputusan Arif bukan tanpa dasar. Sejak menjabat sebagai Kuwu awal 2024, ia telah menyusun program pendidikan bagi warga kurang mampu, yang dinamai Program Anak Asuh.

Gagasan ini terinspirasi dari kebijakan serupa oleh Kang Dedi Mulyadi (KDM) yang sukses mengangkat banyak anak dari keluarga miskin menjadi sarjana berprestasi.

“Kami targetkan setiap tahun bisa membiayai minimal satu anak dari keluarga tidak mampu untuk kuliah. Memang kecil skalanya, tapi besar dampaknya. Ini investasi untuk masa depan desa,” jelas Arif.

Program ini dilaksanakan dengan mekanisme seleksi ketat: ada proses wawancara, survei rumah, hingga verifikasi data agar benar-benar tepat sasaran.

Arif menyadari ada potensi kecemburuan sosial di tengah masyarakat, namun ia menekankan bahwa program ini dilandasi prinsip keadilan dan keberpihakan kepada yang paling membutuhkan.

Pesan Moral: Pendidikan Harus Jadi Prioritas

Cerita NN dan keputusan Arif menjadi pengingat bagi semua pihak, bahwa kemiskinan seharusnya tak jadi alasan untuk memutus pendidikan. Justru, pendidikan menjadi jalan untuk keluar dari jerat kemiskinan struktural. Dalam situasi sesulit apapun, seorang anak berhak mendapatkan kesempatan belajar yang layak.

“Semiskin apapun kita, pendidikan anak harus jadi prioritas. Minimal wajib belajar sembilan tahun harus terpenuhi,” ujar Arif dengan lantang.

Ia berharap langkah kecil dari desanya bisa menginspirasi pemimpin lain untuk ikut bergerak. Menurutnya, tidak semua perubahan harus menunggu kebijakan nasional. Perubahan bisa dimulai dari desa, dari satu tindakan kecil yang berdampak besar.

NN kini bersiap kembali duduk di bangku sekolah. Ia bukan hanya mendapatkan akses pendidikan, tapi juga pengakuan, kasih sayang, dan semangat hidup baru.

Perjuangannya sebagai guru ngaji dan pekerja lepas di usia belia menjadi bukti nyata bahwa semangat belajar tak mengenal batas.

Kisahnya menyentuh banyak orang. Bukan hanya karena ia miskin, tapi karena ia tetap berbagi ilmu saat dirinya sendiri kekurangan. Inilah potret anak negeri yang layak didukung, bukan dikasihani.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *