Sepanjang 2025, Korsleting Listrik Dominasi Kasus Kebakaran di Kota Depok
adainfo.id – Tingkat kebakaran di Kota Depok masih menjadi perhatian serius sepanjang 2025. Berdasarkan data terbaru dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) dan Penyelamatan, penyebab terbanyak dari insiden tersebut berasal dari korsleting listrik.
Catatan resmi hingga 30 September 2025 menunjukkan bahwa kebakaran akibat korsleting mencapai 55 kasus dari total ratusan kejadian di wilayah tersebut.
Kepala Dinas Damkar dan Penyelamatan Kota Depok, Adnan Mahyudin, menjelaskan bahwa lonjakan kasus akibat hubungan arus pendek listrik itu terjadi hampir setiap bulan, terutama pada Maret, April, dan Juli.
“Sebagian besar kebakaran di Depok masih disebabkan oleh korsleting listrik. Ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap keamanan instalasi listrik masih perlu ditingkatkan,” ucap Adnan dikutip Jumat (10/10/2025).
Dalam laporan yang dirilis Damkar Depok, bulan April menjadi periode dengan jumlah kebakaran tertinggi sepanjang 2025.
Pada bulan tersebut, total ada 24 kejadian kebakaran, 16 di antaranya disebabkan oleh faktor lain-lain, enam karena korsleting listrik, dan dua akibat kebocoran atau ledakan kompor gas.
Menurut Adnan, peningkatan jumlah kebakaran di bulan tersebut tak lepas dari kondisi cuaca yang panas serta meningkatnya aktivitas masyarakat menjelang bulan Ramadan.
“Saat suhu udara meningkat, risiko kebakaran juga lebih tinggi. Selain itu, menjelang Ramadan banyak aktivitas memasak dan penggunaan alat elektronik meningkat,” ujarnya.
Pola ini menunjukkan bahwa faktor perilaku masyarakat turut memengaruhi potensi kebakaran di kawasan permukiman padat penduduk.
Penggunaan listrik berlebih, peralatan elektronik tanpa perawatan, serta sistem instalasi rumahan yang tidak memenuhi standar menjadi pemicu yang paling sering ditemukan.
Kompor Gas Masih Jadi Ancaman di Rumah Tangga
Selain korsleting listrik, kompor gas menjadi penyebab kedua terbanyak kebakaran di Kota Depok tahun 2025.
Dari total kasus yang tercatat, 20 insiden disebabkan oleh kebocoran atau kesalahan penggunaan gas elpiji.
Kasus tertinggi terjadi pada Mei dan Juni, masing-masing sebanyak lima dan tiga kejadian.
Menurutnya, sebagian besar kebakaran rumah tangga disebabkan oleh kelalaian kecil yang sering diabaikan.
Kesalahan dalam memasang selang atau regulator, serta penggunaan komponen yang sudah aus, menjadi penyebab umum.
“Kebanyakan kasus terjadi karena selang tidak terpasang sempurna atau karet pengaman sudah getas. Ini hal kecil, tapi dampaknya bisa besar,” ujarnya menegaskan.
Adnan juga mengingatkan agar masyarakat tidak menyepelekan tanda-tanda kebocoran gas, seperti bau menyengat atau suara mendesis di area sambungan.
Ia menganjurkan warga segera mematikan aliran gas dan tidak menyalakan peralatan listrik hingga kebocoran teratasi.
Faktor Lain Penyebab Kebakaran di Kota Depok
Selain korsleting dan kompor gas, kategori “lain-lain” yang mencapai 85 kasus mencakup berbagai penyebab.
Seperti pembakaran sampah sembarangan, puntung rokok yang dibuang sembarangan, serta kelalaian dalam penggunaan alat pembakar di lingkungan industri kecil dan rumah tangga.
Sebagian kasus lain terjadi karena kelalaian manusia. Misalnya meninggalkan lilin menyala, pembakaran sampah dekat bangunan, atau penyimpanan bahan mudah terbakar tanpa pengawasan.
Ia menambahkan, peningkatan kepadatan penduduk di sejumlah wilayah seperti Beji, Cimanggis, dan Pancoran Mas juga memperbesar risiko penyebaran api jika terjadi insiden kebakaran.
Kondisi lingkungan padat dan akses jalan sempit membuat petugas kesulitan menjangkau lokasi dalam waktu cepat.
Menghadapi tren tersebut, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok memperkuat strategi pencegahan dan edukasi publik.
Menurut Adnan, masyarakat harus menjadi garda terdepan dalam upaya mitigasi kebakaran.
“Pencegahan adalah kunci utama. Kami ingin masyarakat bisa menjadi ‘pemadam pertama’ sebelum petugas datang,” tegasnya.
Untuk mencapai tujuan itu, Damkar Depok rutin menggelar pelatihan penanggulangan kebakaran di tingkat RT dan RW.
Dalam pelatihan tersebut, warga diperkenalkan pada teknik dasar pemadaman api menggunakan alat sederhana seperti karung basah dan apar (alat pemadam api ringan).
Selain itu, petugas juga mengedukasi masyarakat mengenai cara memeriksa instalasi listrik rumah tangga dan mengenali tanda-tanda bahaya yang berpotensi menimbulkan korsleting.
Sering kali kebakaran terjadi bukan karena alatnya rusak, tetapi karena pemilik rumah tidak tahu cara menggunakan atau memeriksa keamanannya.
Peningkatan Respons Cepat dan Pembangunan Pos Damkar di Kecamatan
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Damkar Depok juga terus memperluas jaringan pos pemadam kebakaran di seluruh kecamatan.
Langkah ini bertujuan untuk memperpendek waktu tanggap kebakaran agar tetap di bawah 15 menit sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) 2025.
Beberapa kecamatan yang sebelumnya hanya mengandalkan pos induk kini mulai memiliki unit siaga sendiri, termasuk di wilayah Sawangan, Tapos, dan Cinere.
Hal ini diharapkan dapat mempercepat penanganan kebakaran dan meminimalkan kerugian material.
“Kami berharap masyarakat terus bekerja sama dengan Damkar. Semakin cepat laporan kebakaran diterima, semakin besar peluang untuk meminimalkan kerugian,” tandasnya.