SPHP Jagung Resmi Bergulir, Pemerintah Tekan Gejolak Harga Pakan Ternak

ARY
Ilustrasi penyaluran jagung SPHP untuk peternak. (Foto: Pixabay/H-en-M)

adainfo.id – Langkah pemerintah dalam menjaga stabilitas pangan nasional kembali terlihat di awal Oktober ini. Melalui kebijakan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Jagung, pemerintah mulai menyalurkan Cadangan Jagung Pemerintah (CJP) kepada peternak layer mandiri di berbagai daerah Indonesia.

Program ini merupakan bentuk nyata dari kehadiran negara dalam menyeimbangkan harga pakan ternak, yang selama beberapa waktu terakhir mengalami fluktuasi tajam.

Program tersebut dijalankan melalui penugasan Badan Pangan Nasional (NFA) kepada Perum Bulog, dengan target penyaluran mencapai 52,4 ribu ton jagung untuk 2.109 peternak di 16 provinsi.

Adapun harga jual ditetapkan sebesar Rp5.000 per kilogram di gudang Bulog dan maksimal Rp5.500 per kilogram di tingkat peternak.

Untuk selisih harga yang muncul, pemerintah menanggungnya melalui dana subsidi yang telah disiapkan NFA sebesar Rp78,6 miliar, dengan asumsi subsidi Rp1.500 per kilogram.

“Sekali lagi, ini bukti hadirnya pemerintah bagi produsen pangan pokok strategis dalam negeri. Saat harga jagung pakan bagi peternak sedang berfluktuasi, pemerintah menyalurkan stok CJP yang bersumber dari jagung produksi dalam negeri yang diserap sejak awal tahun ini,” ujar Kepala NFA Arief Prasetyo Adi, dikutip Senin (05/10/2025).

Harga Jagung Mulai Terkendali di Lapangan

Kebijakan intervensi ini mulai menunjukkan dampak positif di tingkat peternak.

Berdasarkan data Panel Harga Pangan NFA, harga jagung pada 2 Oktober 2025 tercatat mengalami penurunan 0,64 persen menjadi Rp6.644 per kilogram, turun dari posisi seminggu sebelumnya di Rp6.687 per kilogram.

Meski masih berada di atas Harga Acuan Penjualan (HAP) sebesar Rp5.800 per kilogram untuk jagung kadar air 15 persen, tren harga menunjukkan pergerakan yang mulai stabil.

Menurut Arief, stabilisasi harga jagung menjadi kunci penting dalam menjaga rantai produksi pangan, terutama di sektor peternakan unggas.

“Pemerintah menyadari fluktuasi harga jagung pakan harus cepat diredam. Ini agar tidak berimplikasi pada harga telur dan daging ayam juga,” paparnya.

Rilis terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa harga telur ayam ras dan daging ayam pedaging menjadi penyumbang terbesar terhadap kenaikan indeks harga diterima petani subsektor peternakan.

Pada September 2025, indeks tersebut mencapai level 126,02, tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Data ini menjadi salah satu alasan pemerintah mempercepat penyaluran jagung subsidi untuk menstabilkan harga di hulu.

Program SPHP Jagung bukan sekadar distribusi logistik semata, melainkan bagian dari strategi nasional untuk menjaga ketahanan pangan dan kestabilan ekonomi sektor peternakan.

Arief menegaskan, pemerintah akan memastikan distribusi 52,4 ribu ton jagung tersebut dapat tuntas pada bulan Oktober 2025.

“Dengan SPHP jagung 52,4 ribu ton ke 2.109 peternak ini menjadi instrumen stabilisasi pemerintah. Semoga Oktober ini dapat tuntas dan memberikan dampak positif sebagai faktor peredam harga,” ujarnya.

NFA juga berkoordinasi dengan berbagai lembaga daerah, termasuk koperasi peternak, asosiasi layer, dan kelompok usaha kecil menengah di sektor pangan.

Dengan dukungan Bulog, sistem distribusi dilakukan secara langsung ke wilayah-wilayah sentra peternakan unggas.

Penyaluran Perdana Sudah Tiba di Jawa Tengah dan Jawa Timur

Pantauan NFA menunjukkan bahwa pengiriman perdana jagung sudah mulai tiba di beberapa wilayah sentra peternakan.

Di antaranya Kabupaten Kendal (Jawa Tengah), serta Kabupaten Blitar, Malang, dan Trenggalek (Jawa Timur).

Hingga 2 Oktober 2025, sebanyak 300 ton jagung telah diterima oleh koperasi dan asosiasi peternak di daerah-daerah tersebut.

Pengiriman berikutnya tengah disiapkan untuk menjangkau wilayah-wilayah lainnya yang termasuk dalam daftar prioritas.

Penyaluran ini didasarkan pada Keputusan Menteri Pertanian Nomor 9046/KPTS/PK.240/F/09/2025 tanggal 3 September 2025 tentang Penetapan Koperasi, Asosiasi, dan/atau Peternak Mandiri Penerima Cadangan Jagung Pemerintah Tahun 2025.

Dalam keputusan tersebut, pemerintah menetapkan bahwa total alokasi 52.400 ton jagung diperuntukkan bagi tiga kategori peternak.

Tiga kategori itu yakni peternak mikro kebutuhan tiga bulan, peternak kecil kebutuhan dua bulan, dan peternak menengah kebutuhan satu bulan.

Kendal Jadi Penerima Alokasi Tertinggi

Dari 16 provinsi penerima bantuan, Kabupaten Kendal menempati posisi tertinggi dalam alokasi distribusi jagung dengan total 7.060 ton.

Rinciannya terdiri atas 201 ton untuk peternak mikro, 5.792 ton untuk peternak kecil, dan 1.067 ton untuk peternak menengah.

Kabupaten ini menjadi prioritas utama karena merupakan salah satu sentra besar produksi telur di Jawa Tengah.

Sementara itu, Kabupaten Blitar di Jawa Timur menjadi penerima alokasi kedua tertinggi, yakni 6.131 ton.

Jumlah tersebut meliputi 45 ton untuk peternak mikro, 5.906 ton untuk peternak kecil, dan 180 ton untuk peternak menengah.

Disusul Kabupaten Malang dengan alokasi 4.518 ton, terdiri dari 15 ton peternak mikro, 3.846 ton peternak kecil, dan 657 ton peternak menengah.

Langkah strategis ini diyakini mampu menjaga keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan di lapangan.

Sekaligus memberikan kepastian bagi para peternak layer yang selama ini menanggung beban biaya pakan tinggi.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *