Stunting Masih Mengkhawatirkan, Ini Peta Sebaran Kasus pada 11 Kecamatan di Kota Depok
adainfo.id – Upaya menekan angka stunting di Kota Depok kembali memasuki fase penting setelah pemerintah kota merilis data prevalensi balita stunting tahun 2025.
Laporan ini membuka gambaran terkini mengenai sebaran kasus di 11 kecamatan.
Sekaligus menunjukkan wilayah yang membutuhkan intervensi lebih kuat.
Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat bahwa Kecamatan Pancoran Mas (Panmas) menjadi wilayah dengan angka stunting tertinggi, yaitu 465 balita atau 5,49 persen.
Di sisi lain, Kelurahan Cipayung tampil sebagai wilayah dengan prevalensi terendah dengan 147 balita atau 2,19 persen.
Data ini menjadi pijakan penting dalam penyusunan strategi pengentasan stunting yang lebih terarah.
Dinkes Jelaskan Asal Data dan Mekanisme Surveilans Gizi
Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Mary Liziawati, menjelaskan bahwa data yang dirilis merupakan hasil pengukuran Bulan Agustus 2025 dan dihimpun melalui sistem Sigizi Kesga (e-PPBGM), platform surveilans gizi yang digunakan secara nasional.
“Data ini disampaikan untuk memberikan gambaran nyata mengenai kondisi stunting pada tingkat kecamatan sehingga intervensi dapat dilakukan lebih tepat sasaran,” ungkap Mary dikutip Sabtu (22/11/2025).
Mary menambahkan bahwa pelaporan berkala melalui sistem digital memungkinkan pemerintah kota memonitor perkembangan secara lebih presisi.
Kemudian juga memastikan setiap program pencegahan bekerja berdasarkan kondisi aktual.
Pemkot Depok Fokus Tingkatkan Kolaborasi untuk Tekan Kasus Stunting
Selain pemetaan data, Mary menegaskan bahwa Pemerintah Kota Depok terus melakukan berbagai langkah strategis untuk menurunkan angka stunting.
Ia menekankan pentingnya sinergi lintas sektor sehingga seluruh pemangku kepentingan memiliki pijakan data yang sama.
“Harapannya, seluruh sektor dapat bergerak bersama, memiliki data yang sama, dan memahami apa yang harus dilakukan untuk percepatan penurunan stunting,” jelasnya.
Kolaborasi ini mencakup intervensi gizi spesifik dan sensitif, mulai dari peningkatan edukasi gizi di masyarakat, pemantauan tumbuh kembang.
Selanjutnya penguatan layanan kesehatan ibu dan anak, hingga koordinasi dengan perangkat kecamatan dan kelurahan.
Rincian Prevalensi Stunting per Kecamatan di Kota Depok
Berikut rinciannya sesuai data resmi Dinas Kesehatan Kota Depok tahun 2025:
1. Kecamatan Pancoran Mas – 465 balita (5,49%)
2. Kecamatan Bojongsari – 342 balita (5,22%)
3. Kecamatan Sawangan – 491 balita (5,13%)
4. Kecamatan Beji – 344 balita (4,95%)
5. Kecamatan Tapos – 573 balita (4,70%)
6. Kecamatan Cilodong – 326 balita (4,25%)
7. Kecamatan Limo – 157 balita (3,68%)
8. Kecamatan Cimanggis – 356 balita (3,44%)
9. Kecamatan Sukmajaya – 285 balita (3,39%)
10. Kecamatan Cinere – 83 balita (2,88%)
11. Kecamatan Cipayung – 147 balita (2,19%)
Data tersebut menunjukkan variasi cukup besar antar wilayah, menandakan bahwa tingkat kerentanan stunting tidak merata di Kota Depok.
Mengapa Angka Masih Berbeda Jauh?
Perbedaan angka stunting antar kecamatan bisa saja dipengaruhi berbagai faktor.
Antara lain kondisi sosial atau ekonomi keluarga, akses layanan kesehatan, pola asuh dan pengetahuan gizi.
Lalu jugakualitas sanitasi dan lingkungan, hingga cakupan program gizi di masing-masing wilayah.
Kecamatan dengan kepadatan penduduk tinggi dan mobilitas masyarakat yang besar cenderung menunjukkan tantangan yang lebih kompleks.
Rilis data prevalensi stunting 2025 ini diharapkan menjadi landasan intervensi yang lebih efektif oleh pemerintah daerah.
Dengan kolaborasi kuat dan pemanfaatan data akurat, upaya mempercepat penurunan stunting di Kota Depok diharapkan dapat mencapai hasil yang lebih signifikan dalam beberapa tahun ke depan.











