Terkait Data Stunting di Depok, Dinkes Ungkap Ini
adainfo.id – Upaya menekan angka stunting di Kota Depok terus dilakukan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, prevalensi stunting di wilayah tersebut terus mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir.
Kepala Dinkes Kota Depok, Mary Liziawati, mengungkapkan bahwa hasil pengukuran dari dua sumber data menunjukkan tren positif terhadap penurunan kasus balita stunting.
“Untuk stunting sendiri, memang kita ada dua data, data yang berdasarkan survei atau datanya stumpling, itu data SSGI, dan yang kedua adalah data surveillance, data berdasarkan e-PPGBM,” ujar Mary Senin (06/10/2025).
Mary menjelaskan, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Kota Depok berhasil turun dari 14,3% pada 2023 menjadi 12,5% di tahun 2024, atau mengalami penurunan sebesar 1,8%.
“Kalau data berdasarkan survei atau SSGI, kita ada penurunan dari 14,3% di tahun 2023 menjadi 12,5% di tahun 2024. Jadi, turun 1,8%,” jelasnya.
Sementara itu, data real-time berdasarkan surveillance e-PPGBM pada Februari 2025 mencatat angka stunting di Depok sebesar 3,79%, atau sekitar 3.395 balita.
“Kalau berdasarkan data surveillance, data e-PPGBM, data di Februari 2025, angka stunting kita di 3,79%, atau jumlah balitanya 3.395 balita stunting,” ungkap Mary.
Ia menambahkan bahwa perbedaan angka tersebut disebabkan oleh perbedaan metode dan cakupan survei.
Data SSGI bersifat estimatif melalui sampling, sementara e-PPGBM mengacu pada laporan faktual dari posyandu.
“Memang kalau kita lihat data berdasarkan SSGI itu tinggi, karena survei. Tapi kalau data surveillance berdasarkan e-PPGBM itu real,” tuturnya.
“Ini mungkin belum 100% balita kita datang ke posyandu, jadi ada balita yang belum diketahui status gizinya,” imbuhnya.
Intervensi Dinkes Depok dalam Menurunkan Angka Stunting
Dalam upayanya menurunkan angka stunting, kata Mary, Dinkes Kota Depok menerapkan sejumlah intervensi yang menyasar langsung pada balita stunting, balita berisiko stunting.
Selain itu juga intervensi dari hulu yang menargetkan remaja putri, calon pengantin, dan ibu hamil.
“Upaya-upaya yang dilakukan antara lain memang kita melakukan intervensi, baik pada balita stuntingnya atau balita risiko stunting,” paparnya.
“Bahkan kita juga intervensi dari hulunya, yaitu pada remaja putri, calon pengantin, dan ibu hamil,” imbuhnya.
Bagi balita yang sudah mengalami stunting, Mary menerangkan, pihaknya juga memberika Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK), yang diresepkan langsung oleh dokter spesialis.
“PKMK ini nanti diresepkan oleh dokter spesialis, jadi balita stunting ini kita rujuk dulu ke dokter spesialis, baru kemudian diresepkan PKMK,” katanya.
Sementara bagi balita risiko stunting, seperti mereka yang berat badannya tidak naik atau tergolong gizi kurang, diberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang disediakan oleh puskesmas.
“Untuk balita risiko stunting, antara lain balita yang berat badannya kurang, kemudian balita yang beratnya tidak naik,” ucapnya.
“Satu kali tidak naik pun sudah bisa menjadi sasaran untuk pemberian makanan tambahan,” tambahnya.
“PMT lokal ini kita sediakan di Puskesmas. Jadi ibu-ibu membawa balitanya ke posyandu untuk ditimbang, diberikan makanan tambahan,” timpalnya lagi.
Pencegahan Stunting Dimulai dari Remaja Putri
Selain fokus pada anak di bawah usia lima tahun, Dinkes Depok juga memperkuat intervensi dari sisi hulu.
Program ini bertujuan mencegah terjadinya anemia pada remaja putri yang dapat berpengaruh pada kualitas kehamilan di masa depan.
“Pada remaja putri kita lakukan skrining anemia dan pengecekan HB. Selain itu, ada pula program pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja putri yang diminum seminggu sekali,” bebernya.
Kegiatan tersebut dilakukan bekerja sama dengan sekolah-sekolah di tingkat SMP dan SMA se-Kota Depok.
Dinkes berupaya agar seluruh remaja putri mendapatkan akses pemeriksaan rutin dan edukasi mengenai gizi seimbang.
“Hal tersebut dilakukan untuk mencegah anemia, dilakukan melalui sekolah-sekolah SMP dan SMA se-Depok,” pungkasnya.
Strategi Lintas Sektor untuk Percepatan Penurunan Stunting
Dalam hal ini, Dinkes Kota Depok tidak bekerja sendiri. Penurunan angka stunting merupakan hasil dari kerja sama lintas sektor antara pemerintah daerah, kader posyandu, tenaga kesehatan, serta dukungan dari masyarakat.
Upaya bersama ini mencakup edukasi gizi, peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya posyandu, hingga pemantauan tumbuh kembang anak di setiap wilayah.
Posyandu juga memiliki persn pentinf sebagai ujung tombak pelayanan gizi masyarakat.
Oleh karenanya, Dinkes Kota Depok mengajak seluruh orang tua untuk aktif datang ke posyandu agar anak-anak mereka dapat dipantau tumbuh kembangnya.
Melalui kegiatan penimbangan rutin, pemberian imunisasi, hingga konsultasi gizi, posyandu menjadi bagian penting dari strategi penurunan stunting di Kota Depok.
Harapannya kolaborasi antara tenaga medis, kader, dan masyarakat bisa mempercepat tercapainya target nasional bebas stunting.