Terkendala Biaya, Tita Cahya Lestari Siswi Berprestasi Asal Cirebon Gagal Ikuti Program Pertukaran Pelajar ke Thailand

KIM
Tita Cahya Lestari menunjukkan medali emas Olimpiade Sains dan Kesehatan Nasional 2024 di Yogyakarta (foto: adainfo.id)

adainfo.id – Harapan besar untuk terbang ke Negeri Gajah Putih pupus sudah bagi Tita Cahya Lestari, siswi berprestasi asal Dusun Manis RT 005 / RW 001, Desa Tersana, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon.

Anak sulung dari tiga bersaudara ini terpaksa mengubur impiannya mengikuti program pertukaran pelajar ke Thailand lantaran terbentur masalah biaya.

Tita merupakan siswi Pondok Pesantren Nurul Hayah 4 Cigedang, Kuningan, yang dikenal memiliki segudang prestasi di bidang akademik dan non-akademik.

Keberhasilannya meraih Medali Emas Olimpiade Sains dan Kesehatan Nasional (Ospenas) 2024 di Yogyakarta, juara pidato Bahasa Inggris, hingga memperoleh beasiswa pendidikan ke Thailand dari pondok pesantren tempatnya menimba ilmu menjadi bukti ketekunan dan kerja kerasnya.

Namun, mimpi besar tersebut harus kandas di tengah jalan. Kasniti, sang ibu, mengaku tidak mampu membiayai keberangkatan anaknya ke luar negeri.

Sehari-hari, ia berjualan baso goreng (basreng) untuk menghidupi tiga anaknya, tanpa dukungan finansial yang memadai.

Perjuangan di Balik Kesederhanaan

Kehidupan Tita yang sederhana tidak pernah menyurutkan semangatnya untuk berprestasi.

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, ia telah aktif mengikuti berbagai lomba tingkat daerah hingga nasional, mengoleksi puluhan piagam dan piala.

Selama menuntut ilmu di Pondok Pesantren Nurul Hayah, Tita bahkan kerap mendapatkan keringanan biaya berkat prestasi gemilangnya.

“Saya ini cuma orang tua tunggal yang berjuang sendiri jualan basreng demi ketiga anak saya. Alhamdulillah, sekarang sudah ada bapak sambung yang mau menerima keadaan kami, tapi tetap saja biaya untuk ke Thailand itu sangat besar,” kata Kasniti, Selasa (5/8/2025).

Kasniti menuturkan bahwa putrinya termasuk salah satu dari delapan siswa terpilih dalam seleksi program pertukaran pelajar ke Thailand, bahkan berada di peringkat pertama.

Namun kebahagiaan itu berubah menjadi kesedihan ketika ia harus menyampaikan kabar bahwa keberangkatan tersebut tidak dapat dilakukan.

Air Mata dan Pintu yang Tertutup

Dengan suara bergetar, Kasniti mengenang momen ketika Tita menangis mengetahui dirinya tidak bisa ikut berangkat.

“Padahal dari delapan siswa yang terpilih, Tita peringkat pertama. Saya tidak tega waktu dia menangis ingin sekali ikut,” ujarnya.

Lebih menyedihkan lagi, saat ini Kasniti masih menanggung tunggakan biaya bulanan pesantren selama lima bulan.

Kondisi ini membuat mustahil baginya untuk mengumpulkan dana tambahan untuk keberangkatan anaknya.

Potret Masalah Pendidikan di Indonesia

Kisah Tita Cahya Lestari menjadi gambaran nyata bahwa masih banyak siswa berprestasi yang gagal meraih kesempatan emas karena keterbatasan ekonomi.

Hak untuk mendapatkan pendidikan dan pengalaman internasional seharusnya tidak hanya dimiliki mereka yang mampu secara finansial, tetapi juga menjadi hak setiap anak bangsa yang memiliki tekad dan kemampuan.

Sejumlah pihak menilai, kisah Tita adalah peringatan bagi pemerintah daerah maupun pusat agar memperhatikan kebijakan bantuan pendidikan, khususnya untuk siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu.

“Anak saya punya semangat dan tekad yang kuat. Saya hanya ibu rumah tangga, tapi saya ingin Tita bisa menggapai mimpinya, tidak seperti saya yang hidup pas-pasan dengan berjualan basreng,” tutur Kasniti.

Mimpi yang Belum Padam

Meski kecewa, Tita tidak ingin menyerah. Ia tetap berharap masih ada jalan untuk bisa mewujudkan cita-citanya melanjutkan pendidikan hingga ke luar negeri.

“Sejak kecil, saya ingin sekali bisa belajar ke luar negeri. Kalau bisa ke Thailand, saya ingin membanggakan keluarga dan menginspirasi teman-teman yang lain,” ujarnya.

Semangatnya mengingatkan bahwa pendidikan berkualitas adalah investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa.

Dukungan dari masyarakat, lembaga pendidikan, hingga pemerintah sangat dibutuhkan agar talenta-talenta muda seperti Tita tidak terhenti di tengah jalan.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *