Tiga Provinsi Lumpuh Akibat Bencana Besar, Operasi SAR Masif Terus Dilakukan

ARY
Suasana banjir yang melanda Kabupaten Aceh Tenggara, beberapa waktu lalu. Tim gabungan TNI–Polri dan relawan terus mengevakuasi korban bencana di wilayah terdampak yakni Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat. (Foto: BPBD Aceh Tenggara)

adainfo.id – Upaya penanganan darurat terhadap bencana besar yang melanda Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat terus dilakukan.

Ribuan personel gabungan diterjunkan untuk melakukan pencarian korban, memperbaiki jalur transportasi yang terputus, serta menyalurkan logistik ke wilayah-wilayah yang masih terisolir.

Operasi darurat ini dipimpin langsung oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, dengan dukungan penuh pemerintah daerah, TNI, Polri, kementerian/lembaga, dan para relawan di lapangan.

Sejak status tanggap darurat diberlakukan, operasi difokuskan pada tiga sektor utama.

Tiga sektor itu adalah pencarian dan pertolongan korban, pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi, dan pembukaan akses jalur vital yang tertutup longsor serta kerusakan jembatan.

Di Sumatera Utara, dampak bencana menjadi yang terbesar. Dalam laporan terkini, korban meninggal dunia mencapai 166 orang dan 143 orang masih dinyatakan hilang.

“Sumatra Utara sekarang menjadi 166 jiwa meninggal dunia. Dalam satu hari ini bertambah 60 korban jiwa berkat operasi pencarian dan pertolongan oleh tim gabungan yang dipimpin oleh Basarnas. Kemudian ada 103 jiwa yang masih hilang,” papar Suharyanto dikutip Sabtu (29/11/2025).

Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Kota Sibolga menjadi wilayah yang mencatat dampak paling parah.

Ribuan Warga Mengungsi, Banyak Daerah Belum Bisa Ditembus

Ribuan warga di Tapanuli Selatan, Kota Sibolga, Mandailing Natal, Tapanuli Utara, dan Humbang Hasundutan telah mengungsi ke berbagai titik aman.

Kerusakan permukiman serta terbatasnya akses jalan membuat sebagian pengungsi belum dapat kembali ke rumah.

Sejumlah jalur nasional seperti Sibolga–Padang Sidempuan dan Sibolga–Tarutung terputus total.

Jembatan Pandan dan beberapa jembatan lainnya ambruk, sementara jalur kabupaten masih belum dapat diperbaiki karena medan yang berat.

Di Mandailing Natal, tujuh wilayah masih terisolir. Beberapa desa hanya dapat diakses melalui udara atau dengan bantuan alat berat.

Untuk mengatasi hambatan akses di darat, operasi distribusi logistik dilakukan melalui jalur udara menggunakan helikopter BNPB, helikopter TNI AD Bell 412EPI, MI-17V5, serta helikopter bantuan mitra swasta.

“Seperti Sibolga sampai hari ketiga penanganan darurat belum bisa kita tembus lewat udara, tapi sudah bisa kita capai melalui udara untuk pendistribusian logistik,” bebernya.

Selain itu, pesawat Cessna Caravan juga digunakan untuk pengiriman personel dan bantuan ke wilayah yang sulit dijangkau.

Tahap pertama pengiriman logistik ke Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, dan Humbang Hasundutan telah terpenuhi 100 persen.

Namun pengiriman ke Mandailing Natal masih terkendala akses darat yang belum pulih.

Aceh: Puluhan Korban Meninggal, Akses Antarkabupaten Masih Terputus

Di Aceh, dua hari setelah status tanggap darurat diumumkan, tercatat 47 korban meninggal dunia, 51 orang hilang, dan 8 warga mengalami luka-luka.

“Untuk wilayah Aceh ada 47, kemudian 51 masih hilang dan 8 luka-luka. Ini akan berkembang terus datanya, karena ada operasi SAR gabungan yang kemungkinan akan terus menemukan korban,” jelasnya.

Jumlah pengungsi mencapai 48.887 kepala keluarga dengan sebaran terbesar di Aceh Utara, Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Aceh Singkil.

Kerusakan berat terjadi pada jembatan dan jalan nasional, termasuk jalur Banda Aceh–Lhokseumawe dan lintasan perbatasan Aceh–Sumatera Utara.

Beberapa daerah seperti Gayo Lues dan Aceh Tengah masih terputus dari akses darat.

Untuk mengatasi putusnya komunikasi, dukungan jaringan darurat menggunakan Starlink telah diaktifkan.

Sumatera Barat: 90 Korban Meninggal, Hampir 80 Ribu Jiwa Mengungsi

Di Sumatera Barat, jumlah korban meninggal dunia mencapai 90 orang, 85 orang hilang, dan 10 orang luka-luka.

Kabupaten Agam menjadi wilayah dengan jumlah korban tertinggi.

“Korban jiwanya ada 90 yang meninggal dunia, 85 hilang dan 10 luka-luka,” ucapnya.

Data sementara menunjukkan 11.820 kepala keluarga atau sekitar 77.918 jiwa harus mengungsi.

Banyak jalur provinsi dan nasional terputus karena longsor, menghambat distribusi bantuan.

BNPB menurunkan 24 personel untuk percepatan penanganan dan mengerahkan pesawat Caravan.

Kemudian diterjunkan juga helikopter Bell 505 untuk distribusi logistik ke titik-titik yang masih terisolir.

Bantuan Presiden berupa alat komunikasi, tenda, genset, LCR, serta ribuan paket makanan telah tiba di Bandara Minangkabau dan mulai disalurkan ke wilayah terdampak.

Fokus pada Pembukaan Akses dan Pemenuhan Kebutuhan Warga

BNPB menegaskan bahwa percepatan penanganan darurat menjadi prioritas utama.

Koordinasi lintas sektor antara pemerintah daerah, TNI, Polri, dan relawan terus diintensifkan untuk membuka jalur utama.

Selanjutnya mendata korban, serta memastikan seluruh kebutuhan dasar pengungsi terpenuhi.

Dengan situasi yang terus berkembang, operasi di tiga provinsi tetap berlangsung penuh untuk memastikan keselamatan warga dan percepatan pemulihan.

BSP GROUP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *