Tragedi Sungai Kedungsubur: Bocah 7 Tahun Hanyut, Ditemukan Tak Bernyawa di Hari Kedua
adainfo.id – Duka mendalam menyelimuti warga Desa Buntet, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, setelah seorang bocah laki-laki berusia 7 tahun bernama Sauqi ditemukan meninggal dunia akibat hanyut di Sungai Kedungsubur. Peristiwa memilukan ini terjadi pada Senin sore (26/5) dan jenazah korban baru berhasil ditemukan pada hari kedua pencarian, Selasa (27/5/25) sekitar pukul 10.45 WIB.
Insiden ini menjadi pengingat bagi masyarakat akan bahaya sungai sebagai area bermain anak, serta pentingnya pengawasan dan edukasi keselamatan air sejak dini.
Kronologi Kejadian: Arus Mendadak dari Hulu Sungai
Menurut Kapolsek Astanajapura AKP Suwito, tragedi tersebut bermula saat Sauqi bermain dan mandi bersama empat temannya di pinggir Sungai Kedungsubur sekitar pukul 15.30 WIB. Saat itu, kondisi air sungai masih tergolong normal dan tidak menampakkan tanda-tanda bahaya.
Namun tanpa diduga, arus air tiba-tiba datang dari hulu sungai dengan cukup deras dan menyeret tubuh kecil Sauqi. Empat temannya berhasil menyelamatkan diri, namun Sauqi terseret dan menghilang dari pandangan.
“Air datang dari hulu, cukup deras, sehingga korban tidak sempat menyelamatkan diri. Teman-temannya berhasil naik ke tepi, tapi Sauqi tidak sempat tertolong,” jelas AKP Suwito seusai mengantar jenazah korban ke rumah duka.
Pencarian Intensif Warga, Polisi, dan Tim SAR
Setelah laporan diterima, pihak kepolisian, warga, serta tim SAR gabungan langsung melakukan pencarian. Proses pencarian berlangsung sepanjang malam dengan menerjunkan sejumlah personel, perahu karet, dan alat bantu penerangan.
Kuwu Desa Buntet, Edi Suhaedi, mengatakan bahwa pencarian dilakukan tanpa kenal lelah. Upaya pencarian terus dilanjutkan keesokan harinya dan membuahkan hasil.
“Jenazah Sauqi ditemukan tersangkut di bawah pohon sekitar satu kilometer dari titik awal korban hanyut. Ditemukan pukul 10.45 WIB di hari kedua,” ungkap Edi.
Saat ditemukan, jenazah korban masih utuh namun dalam kondisi meninggal. Warga yang menyaksikan proses evakuasi tidak kuasa menahan tangis. Jenazah langsung dibawa ke rumah duka untuk dimandikan dan disalatkan sebelum dimakamkan di pemakaman desa setempat.
Kisah Warga: Suasana Panik dan Jeritan Teman-Teman Korban
Kesedihan mendalam juga dirasakan oleh warga sekitar, terutama yang tinggal dekat dengan lokasi kejadian. Salah satunya, Warni, warga Desa Buntet, mengisahkan detik-detik saat tragedi itu terjadi.
“Kondisinya sedang gerimis. Tiba-tiba ramai suara anak-anak teriak ‘hanyut, hanyut!’ Teman-temannya lari ke rumah sambil menangis dan panik,” ujarnya.
Warga yang mendengar langsung keluar rumah dan mencoba mencari korban, namun pencarian hari pertama tidak membuahkan hasil. Suasana desa berubah menjadi mencekam. Ratusan warga ikut membantu menyisir pinggir sungai hingga larut malam.
Peringatan Bagi Orang Tua dan Masyarakat
Tragedi ini menjadi peringatan keras akan pentingnya pengawasan terhadap anak-anak, terutama saat bermain di tempat-tempat yang memiliki risiko tinggi seperti sungai, saluran irigasi, dan kolam.
AKP Suwito mengimbau kepada seluruh orang tua agar tidak membiarkan anak-anak bermain sendirian di sungai, bahkan jika air tampak tenang.
“Arus bisa datang sewaktu-waktu dari hulu. Anak-anak sering kali tidak menyadari bahaya itu. Kami imbau agar warga meningkatkan kewaspadaan,” tegasnya.
Pemerintah desa juga berencana menambah rambu peringatan dan pagar pembatas di area-area berbahaya di sepanjang sungai.