UMKM Depok Raup Omzet Hampir Rp1 Miliar dari Kerupuk Kulit Sapi
adainfo.id – Di tengah persaingan bisnis kuliner yang semakin ketat, sebuah usaha kecil di Depok berhasil menorehkan kisah sukses luar biasa.
Berawal dari memanfaatkan kulit sapi yang dulunya dijual murah ke pengepul, Unit Dagang (UD) Heru yang berlokasi di Cisalak Pasar, Cimanggis, Kota Depok, kini mampu mengolahnya menjadi kerupuk kulit dengan nilai ekonomi tinggi.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang digawangi Heru Setiawan itu bahkan mencatat omzet nyaris Rp1 miliar dalam sebulan.
Angka yang fantastis untuk bisnis yang awalnya dirintis secara sederhana.
Perjalanan Panjang dari Pedagang Daging
Heru tidak langsung meraih sukses besar. Sejak tahun 2002, ia dikenal sebagai pedagang daging sapi.
Setiap hari, ia menjual kulit sapi hasil potongannya ke pengepul. Namun pada tahun 2015, situasi berubah.
Harga kulit sapi lokal anjlok tajam akibat banjir pasokan kulit impor.
“Karena ada pasokan dari kulit luar, sehingga pabrik tidak menerima kulit lokal. Nah pada saat itulah, harga kulit lokal benar-benar harganya turun drastis,” kata Heru, Kamis (11/09/2025).
Keadaan itu membuat Heru berpikir keras. Alih-alih terus rugi, ia mencoba mengolah kulit sapi yang sebelumnya dianggap limbah menjadi kerupuk kulit.
Awalnya, Heru hanya bereksperimen dengan satu hingga dua ekor kulit sapi setiap hari.
Dari situ lahirlah kerupuk kulit rumahan yang ternyata cukup diminati.
“Beriring jalannya waktu, ternyata kerupuk saya mungkin banyak disukai pelanggan,” ungkapnya.
Kualitas rasa yang gurih dan tekstur renyah membuat produk Heru cepat mendapat pelanggan setia.
Perlahan, ia mulai menambah kapasitas produksi dengan membeli kulit sapi tambahan dari rekan-rekannya.
Produksi Mencapai 200 Kilogram Per Hari
Permintaan konsumen yang terus meningkat membuat kapasitas produksi UD Heru melonjak drastis.
Kini, dalam sehari ia bisa menghabiskan 15 hingga 20 ekor kulit sapi.
“Nah, satu lembar kulit itu bisa menjadi 10 kilo kerupuk, berarti kalau misalkan 20 lembar jadi 200 kilo,” jelas Heru.
Dengan kapasitas tersebut, kerupuk kulit produksi UD Heru kini dikenal tidak hanya di warung-warung sekitar Depok, tetapi juga merambah pasar yang lebih luas.
Selain itu, salah satu kunci keberhasilan UD Heru adalah kemampuannya beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Dari awalnya mengandalkan sales yang menjajakan produk ke warung-warung, kini Heru aktif menjual melalui media sosial dan e-commerce.
Platform seperti TikTok Shop dan marketplace lain menjadi jalur utama penjualan.
Dalam sehari, UD Heru bisa menjual hingga 200 kilogram kerupuk kulit secara online.
Dengan harga Rp150 ribu per kilogram, omzet harian bisa mencapai Rp30 juta.
Jika dikalikan satu bulan, pendapatan kotor UD Heru mencapai sekitar Rp900 juta.
Strategi Bertahan di Tengah Persaingan
Meski persaingan produk camilan sangat ketat, Heru percaya kualitas adalah kunci.
Ia menjaga bahan baku tetap segar dan proses produksi higienis.
Selain itu, pemasaran kreatif melalui konten video pendek di media sosial membuat produknya semakin dikenal generasi muda.
Tak hanya itu, Heru juga terus meningkatkan kemasan produk agar lebih menarik dan sesuai standar distribusi e-commerce.
Upaya ini membuat produknya bersaing di pasar modern tanpa meninggalkan cita rasa khas kerupuk kulit tradisional.
Kisah sukses UD Heru menjadi inspirasi banyak pelaku UMKM di Depok dan sekitarnya.
Dari usaha sederhana memanfaatkan limbah kulit sapi, kini berkembang menjadi bisnis dengan omzet miliaran rupiah per tahun.
Heru membuktikan bahwa inovasi, ketekunan, dan adaptasi terhadap teknologi bisa mengubah usaha kecil menjadi besar.
Produk yang awalnya hanya dikonsumsi lingkungan sekitar, kini bisa dinikmati konsumen di berbagai daerah berkat digitalisasi penjualan.











