Universitas Respati Indonesia Adakan Company Visit & FGD ke PT Reckitt Benckiser Indonesia
adainfo.id – Kampus Universitas Respati Indonesia (URINDO), khususnya Program Studi Magister Administrasi Bisnis, menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Strategi Efektif CSR dalam Perusahaan untuk Keberlanjutan Bisnis”.
Diskusi ini diadakan pada Kamis, 20 Maret 2025, di pabrik PT Reckitt Benckiser Indonesia dan diikuti oleh 7 mahasiswa S2 Administrasi Bisnis, 5 dosen, serta 4 staf akademik.
Menurut Wakil Rektor 2 URINDO, Dr. Dra. Ani Nuraini, MM., kegiatan company visit dan FGD ini adalah bagian dari pembelajaran langsung bagi mahasiswa S2
Terutama dalam memahami penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam dunia bisnis.
Profil PT Reckitt Benckiser Indonesia
PT Reckitt Benckiser Indonesia merupakan perusahaan manufaktur multinasional yang bergerak di bidang produk kesehatan, kebersihan, dan rumah tangga.
Beberapa merek produknya yang terkenal diantaranya adalah Dettol, Airwick, Harpic, Vanish, dan Permen Strepsils.
Di Indonesia PT Reckitt Benckiser Indonesia sendiri memiliki 2 pabrik yang berlokasi di Cileungsi (Bogor) & Demak (Semarang) dengan kantor pusat di SCBD Treasury Tower, Jakarta.
Untuk jumlah karyawannya ada sebanyak kurang lebih 300 orang (dominan Sales, Marketing, dan Finance).
“Perusahaan kami mengusung tiga nilai utama, Protect, Heal, dan Nature. Produk kami tidak hanya alat kebersihan rumah tangga, tetapi juga obat-obatan OTC,” ujar HR Business Supply PT Reckitt Benckiser, Adhithyo Irawan.
Bagaimana PT Reckitt Benckiser Menjalankan CSR?
Dalam sesi diskusi, Maya dari URINDO menanyakan bagaimana PT Reckitt Benckiser menjalankan program CSR di berbagai negara.
Menangapi itu, Adhithyo Irawan atau biasa akrab disapa Pak Adhit selaku HR Business Partner Supply menjawab terkait program CSR yang dijalani di perusahaan.
“CSR kami dilakukan secara global. Contohnya, tahun lalu kami membangun sanitasi yang lebih baik di India dan Afrika,” jelas Adhithyo Irawan.
Program CSR PT Reckitt Benckiser sendiri antara lain “Save the Children” yakni program peningkatan nutrisi anak-anak kurang gizi.
Kemudian, dukungan karir bagi karyawan disabilitas di Indonesia serta edukasi keagamaan dan penerapan keselamatan kerja.

Potensi Kolaborasi CSR dengan Universitas Respati Indonesia
Selain itu, Dr. Tina Rosa dari URINDO menanyakan apakah Reckitt Benckiser bersedia berkolaborasi dalam program penyuluhan ke sekolah-sekolah terpencil.
Atas pertanyaan itu, Adhit menerangkan mekanisme yang dapat dilakukan untuk kolaborasi.
“Bisa dilakukan dengan mengajukan proposal penyuluhan tentang kebersihan kepada PT Reckitt,” ungkap Adhit.
Penerapan AI dan Keberlanjutan Lingkungan di PT Reckitt Benckiser
Tak cukup sampai disitu, Dosen Pembimbing Dr. Nurminingsih dari Universitas Respati Indonesia bertanya tentang peran kecerdasan buatan (AI) dalam CSR dan bagaimana perusahaan mengelola emisi karbonnya.
Adhit menjelaskan, jika hal tersebut sudah diterapkan untuk operasional kantor.
“Kami sudah bekerja sama dengan Microsoft dalam penggunaan AI, terutama untuk operasional kantor. Namun, pabrik Cileungsi masih semi-otomatis,” ungkap PT Reckitt.
Kebijakan lingkungan PT Reckitt Benckiser sendiri yakni dengan tidak membuang limbah ke tanah, bekerja sama dengan pihak ketiga, dan pengolahan sampah dilakukan sesuai regulasi lingkungan.
Pengelolaan CSR dengan Melibatkan Pihak Ketiga
Sementara itu, Jennudin perwakilan dari Mahasiswa Urindo bertanya perihal apakah ada keterlibatan pihak ketiga dari PT Reckitt untuk mengelola CSR.
Menjawab hal itu, Pak Adhit menerangkan, HO melibatkan pihak ketiga untuk membantu program karyawan yang difabel/disabilitas dan nantinya akan ditempatkan di pabrik Cileungsi untuk magang.
“PT Reckitt tidak pernah membatasi usia namun hanya membatasi pekerjaan. Usia, agama, gender dan tinggi badan tidak pernah dicantumkan dalam persyaratan penerimaan karyawan,” tutur Adhit.
Kendala yang Sering Dihadapi Dalam Pelaksanaan CSR
Vanny perwakilan dari mahasiswa Urindo juga menanyakan ragam kendala yang dihadapi perusahaan pada saat penerapan CSR baik dengan pemerintah maupun masyarakat.
Menanggapi itu, Adhit menuturkan kendalanya saat membagikan produk hasil perusahaan kepada masyarakat, namun oleh mereka diperjualbelikan kembali, sehingga merusak harga produk.
“Saat itu kami membagikan 500 produk dengan berkoordinasi dengan Lurah, RT dan RW diberikan dalam bentuk kupon dan harus menunjukan KTP,” ungkap Adhit.
Kenapa CSR Tidak Jadi Program Utama
Kemudian, Edwin dari perwakilan Urindo bertanya alasan CSR tidak menjadi program utama.
Apakah, kata Edwin, hal itu berkaitan dengan fokus perusahaan yang hanya memfokuskan kepada pemasaran brand produk dan bukan perusahaan.
Adanya pertanyaan itu, Adhit menerangkan, jika sebetulnya sama dengan perusahaan lain, namun CSR yang dilakukan akan lebih spesifik sesuai dengan produk yang dipasarkan.
“Seperti Nutrisi maka CSR akan memfokuskan kepada nutrisi anak-anak,” beber Adhit.
Cara Perusahaan Untuk Terus Meningkatkan Produk
Jonathan dari perwakilan URINDO lainnya juga menanyakan cara perusahaan untuk mengkampanyekan CSR agar bisa meningkatkan produk perusahaan.
Menurut Adhit, PT Reckitt Benckiser Indonesia sudah melakukan secara internal untuk meningkatkan engagement akan produk melalui penyuluhan-penyuluhan dan kunjungan produksi.
“Sehingga hal itu akan meningkatkan brand awareness. Namun, lingkupnya masih terbatas kepada karyawan dan masyarakat sekitar,” beber Adhit.
Terakhir, Terang yang juga merupakan perwakilan Universitas Respati Indonesia menanyakan terkait bagaimana perusahaan dapat sustain sampai dengan 200 tahun dan value seperti apa yang dipertahankan.
Menurut Adhit, Speed of perfection. Biasanya kecepatan akan mengurangi kualitas produk.
“Habit yang dibentuk di perusahaan bahwa setiap karyawan harus mempertahankan produktivitas” papar Adhit.
“PT Reckitt sangat cepat dalam mengatasi perubahan bisnis. Keputusan yang diambil bisa berubah secara dinamis tergantung kebutuhan bisnis, sehingga reckitt mampu bertahan terhadap rivalitas dalam industri,” tutup Adhit.











