Warga Sukses Kurangi Sampah Organik Melalui Budidaya Maggot di Depok
adainfo.id – Kelurahan Pondok Petir, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok kembali menorehkan prestasi dalam upaya pengelolaan sampah rumah tangga.
Melalui program budidaya maggot berbasis masyarakat, kelurahan ini berhasil mengurangi sekitar 5,1 ton sampah organik hanya dalam waktu 43 hari.
Langkah strategis ini tidak hanya sejalan dengan semangat pengelolaan sampah berkelanjutan yang digaungkan Wali Kota Depok, Supian Suri.
Akan tetapi juga menjadi bukti kuat bahwa kolaborasi masyarakat mampu menciptakan dampak signifikan.
Sampah Organik Dikelola, Maggot Dipanen
Lurah Pondok Petir, Rengga Nugraha R, menjelaskan bahwa keberhasilan program ini sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat.
Mulai dari pemilahan sampah di tingkat RW hingga pemanfaatan limbah organik sebagai pakan larva lalat BSF (Black Soldier Fly).
“Dalam waktu 43 hari, kami berhasil mengurangi sekitar 5,1 ton sampah organik. Ini capaian luar biasa berkat peran aktif masyarakat dalam memilah sampah dari sumbernya,” ujar Rengga, dikutip Sabtu (14/6/2025).
Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa setiap RW telah diberi imbauan untuk memilah sampah organik secara rutin.
Kemudian dikumpulkan dan diolah di titik budidaya maggot yang telah disiapkan pihak kelurahan.
Maggot: Pengurai Alami dan Pakan Bernilai Ekonomis
Maggot atau larva dari lalat BSF dikenal sangat efektif dalam mengurai sampah organik dalam jumlah besar.
Keunggulannya tidak hanya pada kemampuannya mengurai, tetapi juga pada nilai ekonomis yang tinggi.
“Maggot hasil budidaya bisa digunakan sebagai pakan ikan dan unggas. Jadi bukan hanya mengelola sampah, tapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi warga,” tambah Rengga.
Hal ini menjadi dua keuntungan sekaligus, lingkungan menjadi lebih bersih dan warga mendapatkan manfaat ekonomi dari hasil pengolahan limbah.
Dukungan Kebijakan dan Harapan Replikasi Wilayah
Program budidaya maggot ini merupakan bentuk dukungan langsung terhadap kebijakan Wali Kota Depok dalam mengurangi ketergantungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Di sisi lain, pemanfaatan teknologi sederhana namun efektif seperti budidaya maggot menjadikan program ini sangat layak direplikasi.
“Ke depan, kami ingin model ini dapat ditiru di kelurahan lain. Ini bukan sekadar program lingkungan, tapi gerakan masyarakat yang nyata dalam menghadapi persoalan sampah,” ujar Rengga.
Dengan pendekatan partisipatif dan berbasis komunitas, Pondok Petir menegaskan dirinya sebagai pionir dalam pengelolaan sampah yang produktif, ekonomis, dan berkelanjutan.